Demi Industri Tekstil Indonesia, Perusahaan Sukanto Tanoto Luncurkan Everything Indonesia

Industri Tekstil Indonesia
Sumber foto: Aprayon.com
Industri tekstil merupakan salah satu bidang baru yang dtekuni oleh pengusaha Sukanto Tanoto. Ia menggelutinya bersama perusahaannya, Asia Pacific Rayon (APR) yang berdiri pada 2018. Namun, meski masih berusia muda, Sukanto Tanoto berusaha keras membangkitkan sektor tersebut dengan menggulirkan kampanye Everything Indonesia.
Sukanto Tanoto ialah pendiri sekaligus Chairman Royal Golden Eagle (RGE). Kini RGE adalah holding dari delapan perusahaan lain yang sama-sama bergerak di bidang sumber daya.
Saat ini, RGE memiliki aset senilai 20 miliar dolar Amerika Serikat. Daerah operasionalnya tersebar dari Indonesia ke wilayah Asia Tenggara lain, India, Tiongkok, Brasil, serta Kanada. Berkat itu, mereka mampu membuka lapangan kerja untuk sekitar 60 ribu karyawan.
APR merupakan anak perusahaan RGE termuda. Berdiri 1 Desember 2018, mereka adalah produsen viscose yang terintegrasi secara penuh dari hutan tanaman industri terbarukan. Sekarang APR memiliki pabrik berkapasitas 240,000 ton yang berlokasi di Pangkalan Kerinci, Riau.
Selama setahun operasionalnya, APR gencar melakukan beragam upaya untuk membangkitkan industri tekstil nasional. Salah satu yang dilakukan ialah dengan meluncurkan kampanye Everything Indonesia pada Oktober 2019 lalu.
Perlu diketahui, Everything Indonesia merupakan upaya APR untuk mengembangkan industri tekstil di Indonesia. Di bawah payung kegiatan tersebut, mereka akan bekerja sama dengan berbagai lembaga pemerintah, asosiasi, sekolah dan mitra industri untuk mempromosikan penelitian dan pengembangan produk, serta pengembangan bisnis dan pemasaran tekstil nasional.
Peluncuran Everything Indonesia dilakukan di sela-sela perhelatan Trade Expo Indonesia (TEI). Acara tersebut dihadiri oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan anggotanya serta perwakilan merek dari Amerika Serikat & Eropa.
Momen tersebut dirasa tepat untuk memperlihat ke mata dunia bahwa industri tekstil Indonesia bisa bersaing. Hal itu pula yang mendasari Everything Indonesia dirasa perlu dihadirkan.
Saat ini, industri tekstil dalam negeri tengah berada dalam kondisi sulit. Mereka kalah bersaing karena tekanan produk impor yang kuat. Kondisi memprihatikan tersebut tergambar dari data Ikatan Ahli Tekstil seluruh Indonesia (Ikatsi). Mereka menyebutkan rata-rata pertumbuhan ekspor dalam kurun 10 tahun (2008-2018), ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) nasional hanya naik 3 persen. Sedangkan nilai impor naik hingga 10,4 persen.
Karena itu, neraca perdagangan terus tergerus. Dari 6,08 miliar dolar AS pada 2017, menjadi hanya 3,2 miliar dolar AS pada 2018. Padahal, konsumsi per kapita untuk produk garmen sebenarnya meningkat. Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wiraswasta, jumlahnya mencapai 5,23 kilogram per kapita pada 2008. Pada 2018, jumlah tersebut menjadi 8,13 persen. Itu belum berhenti. Diprediksi tren ini akan tumbuh hingga di atas 12 kg per kapita per tahun.
Fakta tersebut memperlihatkan bahwa industri tekstil dalam negeri benar-benar tertekan. Kondisi ini membuat pengusaha Sukanto Tanoto prihatin. Maka, melalui APR, ia mendorong kebangkitan industri tekstil Indonesia lewat kampanye Everything Indonesia.
KONTRIBUSI KE SEKTOR FASHION
Batik Indonesia
Sumber foto: Aprayon.com
Demi membangkitkan industri tekstil Indonesia, APR memberi contoh nyata. Dalam produksi, mereka benar-benar memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam negeri. Sebagai bukti APR menjadi satu-satunya pemasok serat viscose yang diproduksi menggunakan kayu hutan tanaman lestari yang seluruhnya dibudidayakan di Indonesia.
Hal itu dimungkinkan karena APR merupakan satu-satunya produsen serat viscose terintegrasi di Asia. Ini sebuah kebanggaan besar karena memperlihatkan kemampuan Indonesia untuk menghadirkan produk berkualitas dari dalam negeri.
Sebagai bukti, saat ini APR telah mampu mengekspor serat viscose ke 14 negara. Jumlahnya separuh dari total kapasitas produksi per tahun, yakni 120 ribu ton. Sisa produksi lainnya dialokasi untuk pasar dalam negeri yang tidak kalah menarik.
Langkah tersebut sejalan dengan arahan pendirinya, Sukanto Tanoto. Ia memang selalu mengharapkan ada produk Indonesia yang dikenal di pasar global. Untuk itu, Sukanto Tanoto pasti mendorong perusahaannya termasuk APR untuk berani mengekspor produk-produknya.
Bersamaan dengan ekspor yang dilakukan, APR secara khusus menyasar industri fashion untuk menggairahkan sektor tekstil nasional. APR percaya bahwa viscose dapat menjadi akselerator bagi sektor fashion dalam negeri baik dari sisi keberlanjutan maupun kualitas produknya.
Keyakinan tersebut didasari fakta bahwa serat viscose yang dihasilkan APR secara alami punya sifat berkelanjutan dan dapat terurai secara hayati. Selain itu, seratnya terasa lembut dan menyerap air. Cocok sekali menjadi bahan produk-produk fashion.
Bukan hanya itu, serat rayon viskosa juga menguntungkan para perancang busana. Sifat strukturalnya unik sehingga memungkinkan untuk menyerap warna. Pada akhirnya, ini akan memberikan hasil print terbaik berupa warna-warna cerah.
Bagi industri fashion nasional, kelebihan serat selulosa itu sangat berarti penting. Sektor pakaian tradisional seperti batik akan terbantu. Alhasil, ini akan membuka jalan bagi perancang busana lokal untuk berkreasi sekreatif mungkin.
Sadar akan hal tersebut, APR melakukan sejumlah kegiatan lanjutan kampanye Everything Indonesia bersama para insan fashion dalam negeri. Pada 7 hingga 9 November 2019, APR berkolaborasi dengan desainer lokal yang sedang naik daun dari Indonesian Fashion Chamber (IFC), Sav Lavin dan Eny Ming, untuk Bali Fashion Trend pada 7-9 November 2019.
Selanjutnya kerja sama dilakukan dengan Adi Barlan dan Chaera Lee untuk Jakarta Fashion Trend pada tanggal 20 November 2019. Di sana mereka memamerkan tren mode Indonesia yang unik yang dibuat menggunakan serat rayon.
Bulan berikutnya, tepatnya pada 10 sampai 11 Desember 2019, APR juga berkolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung pada acara EcoWeek. Di sana mereka akan membahas isu-isu keberlanjutan dan lingkungan di industri fashion sembari mencari solusi cara mengatasinya.
APR berharap, berbagai kolaborasi tersebut mampu menghubungkan viscose ke semua pengguna serat maupun pelaku fashion dalam negeri. Dengan demikian, misi Everything Indonesia akan tercapai. Industri tekstil nasional akan mampu bangkit dan menjadi raja di negeri sendiri.
“Dari perkebunan ke fashion, kami percaya bahwa APR dapat membangkitkan industri tekstil di Indonesia. Saat kami katakan dari plantation ke fashion, hal ini menjadi kenyataan. Kami tidak hanya menghasilkan serat stapel viskosa saja, melainkan turut membantu pelanggan-pelanggan kami agar menjadi lebih menguntungkan,” ujar Ben Poon, Deputy Head APR.
Langkah yang dijalankan oleh APR persis seperti arahan Sukanto Tanoto. Ia memang mewajibkan segenap pihak di RGE agar mampu berguna bagi masyarakat (Community), negara (Country), iklim (Climate), pelanggan (Customer), sehingga akan baik bagi perusahaan (Company).
Kampanye Everything Indonesia menjadi bukti nyata pelaksanaan arahan Sukanto Tanoto. Program ini bertujuan untuk mempromosikan sumber dan produksi bahan baku fashion asli Indonesia. Pada akhirnya, hal itu diharapkan akan mendukung kebangkitan Indonesia untuk menjadi sentra dunia dalam bidang manufaktur tekstil, dimulai dari viscose sebagai katalis untuk desain dan kreativitas.

Tinggalkan komentar